Jumlah Perpustakaan Di Indonesia Belum Ideal. Yuk, Kita Bangun Perpustakaan Desa !
Berdasarkan hasil sensus Perpustakaan Nasional Indonesia (PNRI) jumlah perpustakaan secara nasional adalah 164.610 perpustakaan. Data tersebut diungkapkan oleh Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) Muhammad Syarif Bando yang kami lihat dari laman bisnis.com.
Meskipun jumlah perpustakaan di Indonesia terbanyak nomor 2 di dunia, namum hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Perpustakaan Nasional belum merupakan jumlah yang ideal dibandingkan dengan jumlah penduduk yang lebih dari 250 juta jiwa serta jumlah sekolah, lembaga pendidkan serta jumlah kabupaten/kota yang ada di indonesia. Hal ini setidaknya berpengaruh pada rendahnya tingkat literasi masyarakat Indonesia.
Jika dihitung infrastruktur sekolah saja, untuk sekolah keagamaan ditaksir 300.000 ditambah sekolah negeri dan swasta 300.000. Belum lagi dihitung julah desa yang mencapai 84.000 desa, kemudian PTN, PTS dan 512 kabupaten/kota. Diungkapkan dalam sensus PNRI, terdapat 42.460 perpustakaan umum, 6.552 perpustakaan khusus, 113.541 perpustakaan sekolah/madrasah, dan 2.057 perpustakaan Perguruan Tinggi yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia. Untuk persentase sebaran wilayahnya, Sebanyak 47,89% perpustakaan berada di Jawa, 23,55% berada di Sumatra, dan 11,62% di Sulawesi.
Membangun Perpustakaan di 84.000 Desa di Seluruh Indonesia
Dalam berbagai kesempatan Perpustakaan Nasional sering menyampaikan bahwa Perpustakaan Nasional menargetkan di setiap desa yang tersebar di 34 provinsi berdiri 1 perpustakaan yang dapat melayani kebutuhan literasi masyarakat bawah (pedesaan). Hal ini penting agar keberadaan perpustakaan desa yang tersebar di penjuru pelosok tanah air tersebut menjadi motor penggerak tumbuh dan meningkatnya indeks budaya membaca masyarat yang saat ini masih belum tinggi.
Membangun Perpustakaan Desa Dengan Dana Desa dan Swadaya Masyarakat
Kita bayangkan jika dari kisaran 84.000 desa yang ada di Indonesia masing-masing telah memiliki perpustakaan desa, dan perpustakaan desa tersebut paling tidak memenuhi standart ideal yang telah ditetapkan oleh Perpustakaan Nasional melalui Perka Nomor 6 Tahun 2017 Tentang Standar Nasional Perpustakaan Desa/Kelurahan, tentu kualitas literasi masyarakat Indonesia akan melonjak tajam. Meningkatnya budaya literasi masyarakat akan sangat berpengaruh terhadap kualitas Sumber daya Masyarakat.
Kalau mau dibuat gampang, membangun perpustakaan desa tidaklah sulit-sulit amat. Hanya dibutuhkan niat baik dari pemangku kepentingan dan kebijakan di tingkat desa. Masalah klasik yang terkait danapun untuk saat ini sudah tidak relevan sekali. Bagaimana tidak, pemerintah sudah menyerukan kepada kepala-kepala desa seluruh Indonesia dalam berbagai kesempatkan bahwa dana desa boleh digunakan untuk membangun perpustakaan desa. Asal penggunaannya tidak diselewengkan tentu sangat tidak jadi masalah.
Tidak perlu menggelontorkan dana besar-besaran untuk tiap tahunnya, cukup maksimal 10% saja dari Dana Desa, bahkan 5% pun jadi. Ditambah lagi jika dibarengi dan didukung dengan tradisi gerakan gotong royong masyarakat desa. Tak mustahil hanya dengan waktu 3 tahun saj, sebuah desa sudah akan memiliki perpustakaan desa yang ideal.
Mari kita buat contoh penggunakaan Anggaran Dana Desa untuk perpustakaan desa sebagai berikut :
Tahun Pertama Desa menganggarkan setidaknya 50 Juta dari Dana Desa (tidak sampai 10% total dana desa yang diterima tiap desa per tahun). Dana 50 juta tersebut sudah cukup untuk membeli sebanyak 1000 judul. Contoh RAB Pembelian Buku Desa senilai 50 juta anda bias lihat di Contoh RAB Buku Perpustakaan Desa Anggaran 50 Juta. Masalah tempat tidak perlu khawatir, desa dapat memanfaatkan ruang kosong yang ada di kantor des ajika tidak ada, maka desa bias melimpahkan pengelolaan sementara kepada lembanga Pendidikan yang ada di desa seperti sekolah atau madrasah, juga juga bias meminta salah salah satu warganya untuk mengelola buku-buku tersebut sebagai taman baca di rumah salah satu warganya. Terkait masalah rak buku, dapat diadakan dengan swadaya masyarakat, memanfaatkan kayu-kayu dan alat pertukangan sederhana yang dimiliki masyarakat untuk dibuat rak buku yang bisa memajang buku-buku yang telah dibeli. Untuk menampung 1000 buku tersebut hanya dibutuhkan kisaran 2 rak buku masing-masing ukurang 2 x 3 meter dengan 5 shaf rak.
Tahun Kedua, keberadaan buku yang telah dibeli di tahun pertama, akan menuntut serta menggerakkan warga untuk membangun Gedung Perpustakaan Desa. Pembangunan fisik ini memang menelan dana cukup banyak. Desa dapat membangun Gedung perpustakaan multifungsi misalkan selain digunakan untuk penyimpanan buku dan arsip desa, Gedung juga bisa digunakan sebagai tempet pertemuan dan rapat, balai pelatihan atau sejenisnya. Gedung Perpustakaan juga dapat digabung dengan gedung Pusat Ekonomi Kreatif Masyarakat atau Gedung Kantor BUMDes.
Desa dapat menganggarkan kisaran 100 juta sd 200 juta untuk kebutuhan fisik ini. Demi memaksimalkan anggaran, sangat tepat jika proses pembangunannya dilakukan dengan cara gotong royong warga desa. Agar tidak terjadi pembengkakan anggaran, disarankan pihak desa untuk menyusun RAB Pembangunan Gedung Perpustakaan Desa sebelum melakukan proses pembangunan. Pada tahun kedua ini juga desa dapat menyisihkan anggaran kisaran 10 juta, 15 juta atau 20 juta untuk penambahan koleksi buku perpustakaan agar ada perbaruan buku yang dimiliki oleh perpustakaan. Dengan Anggaran tersebut jumlah buku yang akan didapat kisaran 230 eksemplar untuk Anggaran 10 juta, 330 eksemplar untuk anggaran 15 juta dan 430 eksemplar untuk anggaran 20 juta. Lebih lengkap dapat dilihat di sini : Contoh RAB Buku Perpustakaan desa Anggaran 10 Juta, Contoh RAB Buku Perpustakaan desa Anggaran 15 Juta dan Contoh RAB Buku Perpustakaan desa Anggaran 20 Juta.
Tahun Ketiga, Sudah memiliki Gedung dan juga memiliki koleksi buku di atas 1000 judul sedah menjadikan perpustakaan desa yang layak. Di tahun ketiga ini sudah saatnya desa melakukan langkah-langkah pengembangan yang kreatif dan inovatif. Cukup dianggarkan 50 juta saja pada tahun ketiga ini. Anggaran tersebut bisa dimanfaatkan untuk pengembangan perpustakaan digital, biaya operasional dan promosi serta digunakan untuk melakukan pembelian buku untuk penambahan koleksi rutin tahunan.
Untuk tahun-tahun berikutnya, bisa dilakukan seperti pada Tahun Ketiga.
Membangun Desa Mandiri dengan Perpustakaan Desa
Jika perpustakaan sudah berdiri layak dan ideal, maka untuk masalah koleksi buku selanjutnya akan sangat mudah didapatkan. Hampir tiap tahun Perpustakaan Daerah dan Perpustakaan Nasional selalu mencanangkan program bantuan atau hibah buku. Seperti tahun 2020 ini, kabarnya perpustakaan nasional akan memberikan bantuan buku sebanyak 1000 buku untuk 1000 perpustakaan desa, program ini adalah lanjutan dari program tahun sebelumnya yaitu bantuan buku 1000 eksemplar untuk 500 perpustakaan desa. Selain dari program bantuan dari pemerintah, tak sedikit juga pihak perusahaan swasta yang membelanjakan dana CSR nya untuk bantuan buku perpustakaan. Belum lagi kelompok-kelompok penggerak literasi lain yang sengaja menghimpun buku untuk dihibahkan kepada Taman baca masyarakat (TBM). Tentu saja syarat utama untuk memperoleh bantuan buku tersebut adalah desa kita telah memiliki Perpustakaan Desa.
Tidak sulit bukan jika kita memang memiliki niat tulus untuk membangun perpustakaan desa sebagai sarana utama Gerakan Literasi di tingkat pedesaan ?. Dan tentu kita sepakat bahwa keberadaan Perpustakaan Desa yang Ideal dan professional dapat menjadi nilai tambah untuk menaikkan level desa kita menjadi Desa Maju dan Mandiri. Semoga Bermanfaat, Amin….
Meskipun jumlah perpustakaan di Indonesia terbanyak nomor 2 di dunia, namum hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Perpustakaan Nasional belum merupakan jumlah yang ideal dibandingkan dengan jumlah penduduk yang lebih dari 250 juta jiwa serta jumlah sekolah, lembaga pendidkan serta jumlah kabupaten/kota yang ada di indonesia. Hal ini setidaknya berpengaruh pada rendahnya tingkat literasi masyarakat Indonesia.
Jika dihitung infrastruktur sekolah saja, untuk sekolah keagamaan ditaksir 300.000 ditambah sekolah negeri dan swasta 300.000. Belum lagi dihitung julah desa yang mencapai 84.000 desa, kemudian PTN, PTS dan 512 kabupaten/kota. Diungkapkan dalam sensus PNRI, terdapat 42.460 perpustakaan umum, 6.552 perpustakaan khusus, 113.541 perpustakaan sekolah/madrasah, dan 2.057 perpustakaan Perguruan Tinggi yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia. Untuk persentase sebaran wilayahnya, Sebanyak 47,89% perpustakaan berada di Jawa, 23,55% berada di Sumatra, dan 11,62% di Sulawesi.
Membangun Perpustakaan di 84.000 Desa di Seluruh Indonesia
Dalam berbagai kesempatan Perpustakaan Nasional sering menyampaikan bahwa Perpustakaan Nasional menargetkan di setiap desa yang tersebar di 34 provinsi berdiri 1 perpustakaan yang dapat melayani kebutuhan literasi masyarakat bawah (pedesaan). Hal ini penting agar keberadaan perpustakaan desa yang tersebar di penjuru pelosok tanah air tersebut menjadi motor penggerak tumbuh dan meningkatnya indeks budaya membaca masyarat yang saat ini masih belum tinggi.
Membangun Perpustakaan Desa Dengan Dana Desa dan Swadaya Masyarakat
Kita bayangkan jika dari kisaran 84.000 desa yang ada di Indonesia masing-masing telah memiliki perpustakaan desa, dan perpustakaan desa tersebut paling tidak memenuhi standart ideal yang telah ditetapkan oleh Perpustakaan Nasional melalui Perka Nomor 6 Tahun 2017 Tentang Standar Nasional Perpustakaan Desa/Kelurahan, tentu kualitas literasi masyarakat Indonesia akan melonjak tajam. Meningkatnya budaya literasi masyarakat akan sangat berpengaruh terhadap kualitas Sumber daya Masyarakat.
Kalau mau dibuat gampang, membangun perpustakaan desa tidaklah sulit-sulit amat. Hanya dibutuhkan niat baik dari pemangku kepentingan dan kebijakan di tingkat desa. Masalah klasik yang terkait danapun untuk saat ini sudah tidak relevan sekali. Bagaimana tidak, pemerintah sudah menyerukan kepada kepala-kepala desa seluruh Indonesia dalam berbagai kesempatkan bahwa dana desa boleh digunakan untuk membangun perpustakaan desa. Asal penggunaannya tidak diselewengkan tentu sangat tidak jadi masalah.
Tidak perlu menggelontorkan dana besar-besaran untuk tiap tahunnya, cukup maksimal 10% saja dari Dana Desa, bahkan 5% pun jadi. Ditambah lagi jika dibarengi dan didukung dengan tradisi gerakan gotong royong masyarakat desa. Tak mustahil hanya dengan waktu 3 tahun saj, sebuah desa sudah akan memiliki perpustakaan desa yang ideal.
Mari kita buat contoh penggunakaan Anggaran Dana Desa untuk perpustakaan desa sebagai berikut :
Tahun Pertama Desa menganggarkan setidaknya 50 Juta dari Dana Desa (tidak sampai 10% total dana desa yang diterima tiap desa per tahun). Dana 50 juta tersebut sudah cukup untuk membeli sebanyak 1000 judul. Contoh RAB Pembelian Buku Desa senilai 50 juta anda bias lihat di Contoh RAB Buku Perpustakaan Desa Anggaran 50 Juta. Masalah tempat tidak perlu khawatir, desa dapat memanfaatkan ruang kosong yang ada di kantor des ajika tidak ada, maka desa bias melimpahkan pengelolaan sementara kepada lembanga Pendidikan yang ada di desa seperti sekolah atau madrasah, juga juga bias meminta salah salah satu warganya untuk mengelola buku-buku tersebut sebagai taman baca di rumah salah satu warganya. Terkait masalah rak buku, dapat diadakan dengan swadaya masyarakat, memanfaatkan kayu-kayu dan alat pertukangan sederhana yang dimiliki masyarakat untuk dibuat rak buku yang bisa memajang buku-buku yang telah dibeli. Untuk menampung 1000 buku tersebut hanya dibutuhkan kisaran 2 rak buku masing-masing ukurang 2 x 3 meter dengan 5 shaf rak.
Tahun Kedua, keberadaan buku yang telah dibeli di tahun pertama, akan menuntut serta menggerakkan warga untuk membangun Gedung Perpustakaan Desa. Pembangunan fisik ini memang menelan dana cukup banyak. Desa dapat membangun Gedung perpustakaan multifungsi misalkan selain digunakan untuk penyimpanan buku dan arsip desa, Gedung juga bisa digunakan sebagai tempet pertemuan dan rapat, balai pelatihan atau sejenisnya. Gedung Perpustakaan juga dapat digabung dengan gedung Pusat Ekonomi Kreatif Masyarakat atau Gedung Kantor BUMDes.
Desa dapat menganggarkan kisaran 100 juta sd 200 juta untuk kebutuhan fisik ini. Demi memaksimalkan anggaran, sangat tepat jika proses pembangunannya dilakukan dengan cara gotong royong warga desa. Agar tidak terjadi pembengkakan anggaran, disarankan pihak desa untuk menyusun RAB Pembangunan Gedung Perpustakaan Desa sebelum melakukan proses pembangunan. Pada tahun kedua ini juga desa dapat menyisihkan anggaran kisaran 10 juta, 15 juta atau 20 juta untuk penambahan koleksi buku perpustakaan agar ada perbaruan buku yang dimiliki oleh perpustakaan. Dengan Anggaran tersebut jumlah buku yang akan didapat kisaran 230 eksemplar untuk Anggaran 10 juta, 330 eksemplar untuk anggaran 15 juta dan 430 eksemplar untuk anggaran 20 juta. Lebih lengkap dapat dilihat di sini : Contoh RAB Buku Perpustakaan desa Anggaran 10 Juta, Contoh RAB Buku Perpustakaan desa Anggaran 15 Juta dan Contoh RAB Buku Perpustakaan desa Anggaran 20 Juta.
Tahun Ketiga, Sudah memiliki Gedung dan juga memiliki koleksi buku di atas 1000 judul sedah menjadikan perpustakaan desa yang layak. Di tahun ketiga ini sudah saatnya desa melakukan langkah-langkah pengembangan yang kreatif dan inovatif. Cukup dianggarkan 50 juta saja pada tahun ketiga ini. Anggaran tersebut bisa dimanfaatkan untuk pengembangan perpustakaan digital, biaya operasional dan promosi serta digunakan untuk melakukan pembelian buku untuk penambahan koleksi rutin tahunan.
Untuk tahun-tahun berikutnya, bisa dilakukan seperti pada Tahun Ketiga.
Membangun Desa Mandiri dengan Perpustakaan Desa
Jika perpustakaan sudah berdiri layak dan ideal, maka untuk masalah koleksi buku selanjutnya akan sangat mudah didapatkan. Hampir tiap tahun Perpustakaan Daerah dan Perpustakaan Nasional selalu mencanangkan program bantuan atau hibah buku. Seperti tahun 2020 ini, kabarnya perpustakaan nasional akan memberikan bantuan buku sebanyak 1000 buku untuk 1000 perpustakaan desa, program ini adalah lanjutan dari program tahun sebelumnya yaitu bantuan buku 1000 eksemplar untuk 500 perpustakaan desa. Selain dari program bantuan dari pemerintah, tak sedikit juga pihak perusahaan swasta yang membelanjakan dana CSR nya untuk bantuan buku perpustakaan. Belum lagi kelompok-kelompok penggerak literasi lain yang sengaja menghimpun buku untuk dihibahkan kepada Taman baca masyarakat (TBM). Tentu saja syarat utama untuk memperoleh bantuan buku tersebut adalah desa kita telah memiliki Perpustakaan Desa.
Tidak sulit bukan jika kita memang memiliki niat tulus untuk membangun perpustakaan desa sebagai sarana utama Gerakan Literasi di tingkat pedesaan ?. Dan tentu kita sepakat bahwa keberadaan Perpustakaan Desa yang Ideal dan professional dapat menjadi nilai tambah untuk menaikkan level desa kita menjadi Desa Maju dan Mandiri. Semoga Bermanfaat, Amin….
Belum ada Komentar untuk "Jumlah Perpustakaan Di Indonesia Belum Ideal. Yuk, Kita Bangun Perpustakaan Desa !"
Posting Komentar