Wujudkan Kesadaran Literasi Masyarakat dengan Kampung Baca
Bagaimana kemampuan literasi Indonesia ?
Beberapa saat lalu telah dirilis hasil dari PISA terkait dengan kemampuan literasi masyarakat Indonesia dan hasilnya cukup mengejutkan. Hasil PISA dari tahun 2000 hingga tahun 2018 menunjukkan bahwa Indonesia berada dalam peringkat 10 besar terbawah di antara semua negara yang mengikuti PISA. Bahkan peringkat Indonesia juga berada di bawah Negara Vietnam, padahal anggaran pendidikan yang diberikan juga sama yakni 20% dari APBN. Skor standar literasi PISA yakni 500 dan kemampuan Indonesia sangat jauh di bawah angka tersebut. Bahkan ada fakta menarik yang ditemukan oleh UNESCO yang menunjukkan bahwa tingkat literasi kategori membaca orang Indonesia sendiri hanya mencapai 0.001%. Jumlah yang sangat kecil sekali untuk penilaian kemampuan membaca.
Memangnya apa akibat rendahnya kemampuan literasi ?
Akibat dari rendahnya kemampuan literasi ini sebenarnya sangat fatal karena akan mampu berdampak pada kemampuan ekonomi di masa datang. PISA sendiri merupakan sebuah asesmen yang dilakukan pada anak berusia 15 tahun. Hasil PISA dapat diinterpretasikan bahwa Indonesia belum dapat menciptakan suatu kemampuan untuk anak mampu berpikir kritis dan analitik padahal harusnya itu merupakan kemampuan yang wajib dimiliki oleh setiap orang.
Tuntutan zaman pun makin berat, tentunya setiap anak perlu dipersiapkan untuk siap dalam menghadapi segala tuntutan tersebut. Apabila kemampuan berpikir kritis dan kemampuan analitis sangat kurang tentunya daya saing di masa depan pun akan tertinggal dan pastinya akan menyebabkan keterpurukan kemampuan ekonomi warganya.
Bagaimana perwujudan kampung literasi ?
Saat ini memang sangat susah ditemukan orang – orang yang sering membaca buku di tiap sudut kota. Padahal perkembangan teknologi semakin maju, buku tidak perlu lagi dalam bentuk fisik tetapi bisa berbentuk buku elektronik atau yang biasa disebut e-book. Namun, masyarakat lebih menyukai untuk bermain game, sosial media, mendengarkan musik hingga dunia fotografi. Apalagi untuk daerah terpencil yang memiliki akses teknologi rendah serta kurangnya buku yang berbentuk fisik sehingga menyebabkan berbagai masalah. Apalagi saat ini orang – orang juga lebih menyukai untuk menonton televisi jika dibandingkan untuk membaca buku. Untuk itu, perlu adanya kesadaran literasi masyarakat yang dapat dilakukan salah satunya melalui perwujudan kampung baca sebagai salah satu perwujudan gerakan literasi desa.
Perwujudan gerakan literasi desa dapat dilakukan secara mandiri hingga bekerjasama dengan lembaga pengabdian masyarakat dari kampus yang berada dekat dengan lingkungan desa tersebut. Gerakan literasi desa sebenarnya dapat diawali dari perangkat desa, misalnya setiap perangkat desa diwajibkan membaca segala hal yang berkaitan tentang desa baik itu tentang pengembangan prospek desa hingga segala hal yang berkaitan dengan pelayanan terhadap masyarakat setiap hari selama 30 menit dan untuk melihat kontinuitas program maka dapat juga hasil yang telah dipelajari oleh setiap perangkat desa dirangkum untuk kemudian diaplikasikan di desa masing – masing.
Setelah itu, gerakan literasi dilakukan terhadap anak – anak usia sekolah untuk meningkatkan kemampuan literasi yang mereka miliki. Misalnya, setiap anak diharuskan membaca satu buku per minggu dan di akhir minggu diadakan pertemuan antar anak untuk membahas buku yang telah mereka baca selama satu minggu. Mungkin awalnya akan lebih baik jika dimulai dengan buku – buku bacaan yang tampak menarik untuk anak usia sekolah, karena tujuan yang akan dicapai adalah membiasakan mereka membaca untuk mendapatkan kemampuan literasi yang lebih baik.
Selain itu, dalam pelaksanaan gerakan literasi desa seperti kampung baca dapat bekerja sama dengan pihak – pihak yang terkait dalam upaya pengelolaan fasilitas serta membentuk kesepakatan antar pihak yang terlibat.
Kampung baca juga memerlukan sinergitas dari para orang tua murid untuk bekerja sama memantau anak saat di rumah, selain itu orang tua juga perlu diberikan kemampuan literasi yang baik misalnya dimulai dengan memberi arahan terkait teknik membaca yang diharapkan dapat diterapkan dan didengarkan oleh anak di rumah. Salah satu contoh teknik membaca yang dapat digunakan adalah teknik membaca nyaring. Apabila orang tua di rumah hanya menonton tv maka tentunya anak pun juga akan mengikuti hal tersebut, berbeda ketika orang tua di rumah juga sadar akan pentingnya literasi.
Beberapa saat lalu telah dirilis hasil dari PISA terkait dengan kemampuan literasi masyarakat Indonesia dan hasilnya cukup mengejutkan. Hasil PISA dari tahun 2000 hingga tahun 2018 menunjukkan bahwa Indonesia berada dalam peringkat 10 besar terbawah di antara semua negara yang mengikuti PISA. Bahkan peringkat Indonesia juga berada di bawah Negara Vietnam, padahal anggaran pendidikan yang diberikan juga sama yakni 20% dari APBN. Skor standar literasi PISA yakni 500 dan kemampuan Indonesia sangat jauh di bawah angka tersebut. Bahkan ada fakta menarik yang ditemukan oleh UNESCO yang menunjukkan bahwa tingkat literasi kategori membaca orang Indonesia sendiri hanya mencapai 0.001%. Jumlah yang sangat kecil sekali untuk penilaian kemampuan membaca.
Memangnya apa akibat rendahnya kemampuan literasi ?
Akibat dari rendahnya kemampuan literasi ini sebenarnya sangat fatal karena akan mampu berdampak pada kemampuan ekonomi di masa datang. PISA sendiri merupakan sebuah asesmen yang dilakukan pada anak berusia 15 tahun. Hasil PISA dapat diinterpretasikan bahwa Indonesia belum dapat menciptakan suatu kemampuan untuk anak mampu berpikir kritis dan analitik padahal harusnya itu merupakan kemampuan yang wajib dimiliki oleh setiap orang.
Tuntutan zaman pun makin berat, tentunya setiap anak perlu dipersiapkan untuk siap dalam menghadapi segala tuntutan tersebut. Apabila kemampuan berpikir kritis dan kemampuan analitis sangat kurang tentunya daya saing di masa depan pun akan tertinggal dan pastinya akan menyebabkan keterpurukan kemampuan ekonomi warganya.
Bagaimana perwujudan kampung literasi ?
Saat ini memang sangat susah ditemukan orang – orang yang sering membaca buku di tiap sudut kota. Padahal perkembangan teknologi semakin maju, buku tidak perlu lagi dalam bentuk fisik tetapi bisa berbentuk buku elektronik atau yang biasa disebut e-book. Namun, masyarakat lebih menyukai untuk bermain game, sosial media, mendengarkan musik hingga dunia fotografi. Apalagi untuk daerah terpencil yang memiliki akses teknologi rendah serta kurangnya buku yang berbentuk fisik sehingga menyebabkan berbagai masalah. Apalagi saat ini orang – orang juga lebih menyukai untuk menonton televisi jika dibandingkan untuk membaca buku. Untuk itu, perlu adanya kesadaran literasi masyarakat yang dapat dilakukan salah satunya melalui perwujudan kampung baca sebagai salah satu perwujudan gerakan literasi desa.
Perwujudan gerakan literasi desa dapat dilakukan secara mandiri hingga bekerjasama dengan lembaga pengabdian masyarakat dari kampus yang berada dekat dengan lingkungan desa tersebut. Gerakan literasi desa sebenarnya dapat diawali dari perangkat desa, misalnya setiap perangkat desa diwajibkan membaca segala hal yang berkaitan tentang desa baik itu tentang pengembangan prospek desa hingga segala hal yang berkaitan dengan pelayanan terhadap masyarakat setiap hari selama 30 menit dan untuk melihat kontinuitas program maka dapat juga hasil yang telah dipelajari oleh setiap perangkat desa dirangkum untuk kemudian diaplikasikan di desa masing – masing.
Setelah itu, gerakan literasi dilakukan terhadap anak – anak usia sekolah untuk meningkatkan kemampuan literasi yang mereka miliki. Misalnya, setiap anak diharuskan membaca satu buku per minggu dan di akhir minggu diadakan pertemuan antar anak untuk membahas buku yang telah mereka baca selama satu minggu. Mungkin awalnya akan lebih baik jika dimulai dengan buku – buku bacaan yang tampak menarik untuk anak usia sekolah, karena tujuan yang akan dicapai adalah membiasakan mereka membaca untuk mendapatkan kemampuan literasi yang lebih baik.
Selain itu, dalam pelaksanaan gerakan literasi desa seperti kampung baca dapat bekerja sama dengan pihak – pihak yang terkait dalam upaya pengelolaan fasilitas serta membentuk kesepakatan antar pihak yang terlibat.
Kampung baca juga memerlukan sinergitas dari para orang tua murid untuk bekerja sama memantau anak saat di rumah, selain itu orang tua juga perlu diberikan kemampuan literasi yang baik misalnya dimulai dengan memberi arahan terkait teknik membaca yang diharapkan dapat diterapkan dan didengarkan oleh anak di rumah. Salah satu contoh teknik membaca yang dapat digunakan adalah teknik membaca nyaring. Apabila orang tua di rumah hanya menonton tv maka tentunya anak pun juga akan mengikuti hal tersebut, berbeda ketika orang tua di rumah juga sadar akan pentingnya literasi.
Belum ada Komentar untuk "Wujudkan Kesadaran Literasi Masyarakat dengan Kampung Baca"
Posting Komentar