Pelopor Kampung Baca Tansal
“Namun, di balik kesuksesannya dalam menempuh pendidikan, ada masa pilu yang pernah ia hadapi saat masih Sekolah Dasar. Pada masa itu ia pernah tidak naik kelas. Ia juga pernah dikategorikan anak yang kurang pintar di kelasnya.”
- Rabita Sari -
Tanjung Saleh merupakan sebuah desa yang dikelilingi perairan. Desa ini berada di Kabupaten Kubu Raya Provinsi Kalimantan Barat. Di desa inilah lahirnya seorang pencetus Taman Baca Masyarakat (TBM). Ia seorang perempuan muda yang memiliki mimpi untuk kemajuan pendidikan di desa tercinta khususnya dalam membangun taman baca masyarakat.
Nama lengkapnya adalah Siti Badariah. Panggilan akrabnya adalah Kak Badar. Ia merupakan anak petani yang sedang merantau ke kota untuk melanjutkan pendidikannya. Ia mempunyai semangat yang luar biasa sehingga ia dapat menyelesaikan sarjananya. Tidak hanya itu, ia pun kembali melanjutkan belajarnya ke jenjang S2.
Namun, di balik kesuksesannya dalam menempuh pendidikan, ada masa pilu yang pernah ia hadapi saat masih Sekolah Dasar. Pada masa itu ia pernah tidak naik kelas. Ia juga pernah dikategorikan anak yang kurang pintar di kelasnya. Akhirnya ia pun sadar dan mencoba sesuatu yang nantinya akan membuat ia menjadi orang yang sukses.
Setelah ia menyelesaikan pendidikannya di SD dan SMP, ia pun mencoba untuk melanjutkan SMA di kota. Di sinilah karirnya dimulai. Ia menjadi seorang perempuan yang berprestasi di berbagai bidang di sekolahnya. Di antaranya ia berhasil menerbitkan beberapa buku. Karena prestasinya banyak, ia pun mulai dikenali oleh orang-orang besar.
Setelah menyelesaikan SMA, ia melanjutkan sarjananya di kampus yang ada di kota Pontianak. Lalu ia juga mendapatkan beasiswa karena sudah banyak prestasi yang didapatnya. Selama menempuh S1, ia mempunyai target bahwa ia harus menyelesaikan kuliah secepat mungkin. Alhamdulillah, akhirnya target yang ia punya tercapai dengan baik. Ia menjadi wisudawan tercepat di jurusannya dengan predikat Cumlaude.
Rencana selanjutnya adalah ia ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang S2. Sambil menunggu pembukaan S2, ia menyempatkan diri untuk mengikuti ajang bergengsi yang ada di provinsi. Ia pun mendaftarkan diri untuk mengikuti Calon Duta Baca Kalbar Tahun 2017. Dengan berbagai macam seleksi yang diikutinya, ia pun lolos dan termasuk ke dalam 5 finalis. Ia kembali mengikuti karantina, hingga pada akhirnya ia terpilih menjadi Runner Up 1 Duta Baca Kalbar pada Tahun 2017. Awalnya ia tak menyangka bisa sampai ke tahap ini. Namun beginilah takdir yang ia jalani. Ia pun bersyukur atas apa yang telah ia dapati selama ini.
Setelah mengikuti ajang bergengsi tersebut, ia pun sering bolak balik dari kota ke desanya. Ia mulai memperhatikan keadaan pendidikan di desanya yang masih tertinggal. Di antaranya perpustakaan yang kurang mendapatkan perhatian oleh masyarakat di desa. Menurutnya, perpustakaan yang ada di desa ini berbeda dengan perpustakaan yang ada di kota. Perbedaannya yaitu, perpustakaan yang ada di kota ramai pengunjungnya dan ramai juga minat bacanya. Sedangkan perpustakaan di desa berbanding terbalik dengan yang di kota.
Jarang sekali perpustakaan desa ini dikunjungi, yang membuat buku masih tersusun rapi dan tidak disentuh oleh siapapun, termasuk tangan-tangan mungil. Ini menjadi pusat perhatian Kak Badar untuk mengolah perpustakaan tersebut menjadi Taman Baca Masyarakat (TBM). Ide untuk membangun TBM pun disampaikannya kepada pemerintah desa sekaligus meminta izin untuk mengadopsi buku bacaan yang ada di kantor desa menjadi Taman Baca Masyarakat.
Alhamdulillah, pemerintah desa sangat mendukung ide tersebut dan akan menyerahkan buku-buku serta bonus rak buku yang kokoh. Tidak hanya itu, restu dan doa dari orang tua juga ia dapatkan. Karena sebelum menyampaikan idenya ke pemerintahan desa, ia terlebih dahulu meminta izin kepada orang tua untuk mendirikan TBM di selasar rumah orangtuanya.
...........................
Kisah lengkap "Pelopor Kampung Baca Tansal" dapat anda baca di buku Membumikan Literasi.
Belum ada Komentar untuk "Pelopor Kampung Baca Tansal"
Posting Komentar