Semangat Literasi dari Lintas Timur Kota Bertuah
“Ide dan kegigihannya dalam menggagas pojok baca di lingkungan desanya bak pucuk dicinta bagi masyarakat yang mulai cemas akan pergaulan anak-anak di sana; kekhawatiran akan lingkungan yang tidak sehat membuat anak hanya saling berinteraksi "nongkrong-nongkrong" yang kerap berakhir kegaduhan.”
- Arma Winarni -
Sudah sejak lama penggila dunia literasi yang berasal dari sudut Kota Pekanbaru Riau ini, Muzakkir, S.Sos., merasa prihatin dengan minimnya minat baca masyarakat di negeri ini. terasa sulit baginya membayangkan minimnya fasilitas literasi yang hanya terpusat di perkotaan dan sama sekali tidak menyentuh wilayah pedesaan. Hanya orang dengan tekad yang gila, yang mampu menggerakkan literasi pedesaan dengan segala rintangan yang begitu hebatnya, seperti dirinya yang akan dikisahkan di bawah ini.
Dari pinggiran kota bertuah, lelaki yang juga berprofesi sebagai pustakawan di Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Riau sejak 2010 ini berusaha mewujudkan mimpinya memiliki perpustakaan. Dengan keterbatasan ruang dan fasilitas beliau merangkul masyarakat sekitar dengan mendirikan pojok baca di musholla yang ada di kompleks perumahan warga.
Pojok baca dengan koleksi buku pribadi dan beberapa pinjaman dari sahabat literasi adalah modal awalnya untuk bergerak. Karena begitu besar harapannya dengan pojok baca tersebut, ia menamai pojok baca itu “Taman Bacaan Masyarakat Iqro”. Ia berharap pojok baca tersebut dapat berkembang menjadi taman bacaan yang menentramkan dan bermanfaat. TBM Iqro yang berdiri sejak 2018 itu pun memfasilitasi anak-anak untuk menikmati hiburan termurah yang kaya manfaat yaitu buku.
Ide dan kegigihannya dalam menggagas pojok baca di lingkungan desanya bak “pucuk dicinta” bagi masyarakat yang mulai cemas akan pergaulan anak-anak di sana; kekhawatiran akan lingkungan yang tidak sehat membuat anak hanya saling berinteraksi "nongkrong-nongkrong" yang kerap berakhir kegaduhan. Setelah kehadiran pojok baca, perlahan-lahan anak-anak mulai mampir dan mencoba menikmati nongkrong berfaedah di pojok baca tersebut. Walau di awal perjalanan, semangat Pak Akir (biasa ia disapa) dalam mewujudkan mimpi tersebut sempat turun karena ada saja orang yang berprasangka buruk akan niat beliau.
Waktu berjalan, ia beruntung sekali bisa bertemu dengan seseorang yang memiliki kegilaan yang sama dalam pengembangan literasi. Orang tersebut bernama Sutriyono, sosok yang selalu tampil sederhana yang entah bagaimana memiliki susunan kata motivasi yang mampu menyulut api semangat bagi Pak Akir untuk terus bergerak.
Antusias anak-anak yang datang ke pojok baca tersebut dari hari ke hari semakin ramai. Dengan kekuatan niat, Pak Akir memindahkan pojok baca tersebut ke salah satu ruang di sudut rumah beliau. Bermodal buku seadanya dan sumbangan rak buku dari warga, beliau memantapkan niatnya merawat TBM Iqro di rumahnya. Beliau yakin dengan kalimat yang sering diucapkan sahabatnya, Sutriyono, “Niat baik akan menemukan jalannya, jadi biarkan saja tangan-tangan malaikat yang bekerja, kita cukup melakukan semua dengan sebaik-baiknya.”
Warna warni cerita pengunjung TBM Iqro yang silih berganti setiap hari memantik semangat bergerak Pak Akir. Semangat untuk melakukan hal terbaik meskipun terkadang beliau harus mengabaikan waktu untuk diri sendiri. Bahkan beliau sempat bercerita dengan penuh haru bagaimana beliau mendapati surat kaleng dari salah seorang anak yang selalu berkunjung ke sana. Anak itu meminta TBM Iqro buka lebih pagi agar sebelum bekerja anak itu bisa bermain di sana, karena siangnya anak tersebut harus bekerja membantu orangtuanya, sedangkan di malam hari akses rumah anak tersebut ke TBM Iqro terlalu jauh sehingga tidak memungkinkan anak tersebut berkunjung.
Suatu hari, ia sempat sakit yang memaksa kegiatan di TBM Iqro harus vakum.
......................
Kisah lengkap "Semangat Literasi dari Lintas Timur Kota Bertuah" dapat anda baca di buku Membumikan Literasi.
Belum ada Komentar untuk "Semangat Literasi dari Lintas Timur Kota Bertuah"
Posting Komentar